BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu issue penting tentang pendidikan saat ini berkenaan dengan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Dalam hal ini,
tentunya konselor seyogyanya dapat memahami dan menangkap implikasinya
bagi penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dimana suatu progam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan
tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelolah dalam suatu
sistem manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri akan
banyak ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber
daya yang ada.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kita tarik kesimpulan tentang rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling !
2. Paradigma Baru dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling !
3. Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling !
4. Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif !
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mahasiswa mengetahui tentang Manajemen Bimbingan dan Konseling.
2. Supaya Mahasiswa mengerti tentang Paradigma Baru dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling.
3. Agar Mahasiswa mengetahui hal tentang Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling.
4. Supaya Mahasiswa mengetahui hal-hal tentang Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling
Istilah manajemen berasal dari kata management dalam bahasa Inggris.
Banyak pakar yang mengartikan istilah manajemen dalam berbagai versi.
Namun pada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan
individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber
daya dalam suatu system untuk mencapai tujuan.
Apabila diterapkan ke dalam pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau
cara yang digunakan kepala sekolah untuk mendaya gunakan secara optimal
semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan
system informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam ranga mencapai tujuan.
Hal-hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan layanan bimbingan konseling di sekolah, diantara sebagai berikut :
1. Pemberdayaan dan Profesionalisme Konselor
Dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) ditandai
dengan adanya perubahan manajemen dari pendekatan
sentralistik-birokratik menuju desentralistik-profesional. Dimana dalam
pendekatan sentralistik-birokratik, konselor melaksanakan tugasnya sudah
ditentukan dan dipolakan sedemikian rupa oleh pusat, melalui berbagai
aturan, ketentuan, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan sebagainya.
Sehingga mengakibatkan ruang gerak konselor menjadi terbatasi, sehingga
pada akhirnya konselor menjadi kurang terbiasa dengan budaya kreatif
dan inovatif.
Sedangkan pendekatan desentralistik-profesional menjadikan ruang gerak
konselor menjadi leluasa, dimana proses kreatif dan inovatif justru
menjadi lebih utama. Konselor didorong untuk memiliki keberanian dan
membiasakan diri untuk menemukan cara-cara baru yang lebih efektif dan
efisien dalam melaksanakan barbagai kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling. Dalam hal ini konselor dituntut untuk bekerja secara
professional.
Konselor seyogyanya tidak merasa cepat berpuas diri dengan kapasitas
pengetahuan dan ketrampilan yang saat ini di milikinya, namun justru
harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya.
Upaya peningkatan kapasitas pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dimana kita memaklumi
bahwa saat ini latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh konselor
masih beragam, baik dilihat dari program studi/jurusan maupun
jenjangnya.
Sedangkan untuk menungkatkan keterampilan berbagai teknik bimbingan,
salah satu cara yang dipandang cukup efektif adalah dengan berusaha
secara terus-menerus dan seringkali mempraktekkan berbagai teknik yang
ada. Misalnya, untuk menguasai teknik-teknik konseling, tentunya
konselor harus mempraktekkan sendiri secara langsung, dan setiap selesai
mempraktekkan diikuti dengan evaluasi terhadap apa yang telah
dilakukan. Kemudian, membandingkannya dengan teori-teori yang ada,
sehingga akan bisa diketahui kelemahan dan keunggulan dari praktek yang
telah dilakukan.
Walaupun demikian perlu dicatat, bahwa keleluasaan dalam menjalankan
tugas ini tidak diartikan segala sesuatunya menjadi serba boleh, hal-hal
yang menyangkut prinsip dan etika profesi bimbingan tetap harus dijaga
dan dipelihara, sejalan dengan tunutnan profesionalisme.
2. Akuntabilitas Kerja Konselor
Pada masa sebelum diberlakukan Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS), akuntailitas memang tidak jelas. Sekalipun ada barang
kali hanya sebatas dihadapan kepala sekolah ataupun pengawas sebagai
tugas mewakili pihak pemerintah. Namun, pada kenyataannya, sering kali
kepala sekolah atau pengawas mengambil sikap permisif atas hasil kerja
yang ditunjukan konslor, padahal hasil kerja yang ditunjukan sama sekali
tidak bermutu. Akunbilitas seperti ini tentunya tidak memberikan
kontribusi bagi peningkatan kerja dan produktivitas konselor.
Dengan adanya akuntabilitas ini, jelas konselor dituntut untuk lebih
meningkatkan mutu kinerja dan tingkat produktivitas dalam memberikan
layanan bantuan terhadap siswa. Jika hal ini tidak terpenuhi maka
konselor harus siap-siap untuk menerima berbagai complain dari
masyarakat yang mungkin tidak mengenakan.
Apalagi dengan kehadiran Komite Seklah yang dianggap sebagai lembaga
yang mewakilli kepentingan masyarakat, maka masyarakat akan jauh lebih
terbuka dan leluasa untuk menyampaikan berbagai ketidak puasan atas
hasil-hasil kerja yang telah dicapai oleh konselor. Dan seberapa
besarnya dan yang harus dikeluarkan tidak lagi menjadi persoalan besar,
yang penting perstasi anak benar-benar dapat terwujudkan dengan baik,
baik dalam akademik maupun non akademik.
3. Konsellor Sebagai Agen Informasi
Konselor dianggap sebagai orang memiliki informasi atau data tentang
siswa yang lebih lengkap dan memadai. Informasi atau data tentang siswa
ini sangat berguna dan dapat dijadikan dasar untuk berbagai pengambilan
berbagai keputusan sekolah yang berkenaan dengan siswa. Oleh sebab itu,
iinformasi harus diadministrasikan sedimikian rupa dan siap saji, kapan
saja diperlukan.
Dalam mengkomunikasikan informasi-informasi tentang siswa, yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan, khususnya dalam forum komite
sekolah, konselor hendaknya dapat menyampaikan pandangan-pandangannya
secara tegas, yang berpihak pada kepentingan siswa itu swndiri.
Dalam penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),
upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan bimbingan ini konselor
hendaknya memperhatikan pengembangan kerja sama, koordinasi dan
sinergis kerja dengan berbagai komponen pendidikan lainnya. Karena dalam
penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),
keberhasilan pendidikan di sekolah tidak lagi didasarkan pada individual
yang cerdas, akan tetapi sangat mengutamakan pada team work yang cerdas
dan kompak. Untuk itulah, konselor sedapat mungkin harus menjadi bagian
utama dari team work tersebut.
B. Paradigma Baru Dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberianbantuan (proses of helping) kepada
individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif
terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai
kehidupan yang bermakna (beerbahagia, baik secara personal maupun
sosial).
Sedangkan konselinng adalah proses interaksi anatara konelor dengan
klien/konsele baik secara langsunng atau tidak langsung dalam rangka
membantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atatu memecahkan
masalah yang dialaminya.
Menurut Akhmad Sudrajat terdapat empat komponen utama program bimbingan konseling:
1. Layanan Dasar yakni layanan bantuan kepada peserta didik melalui
kegiatan-kegiatan kelas, yanng disajikan secara sistematis, dalam rangka
membatu peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dirinnya secara
opitmal. Tujuan layanan ini adalah untuk membantu peserta didik agar
memperoleh perkembangan yanng normal, memiliki mental yang sehat,
memperoleh keterampilan hidup, yanng dapat dilakkukan melalui strategi
layanan klasikal dan strategi layanan kelompok.
2. Layanan Responsif yakni layanan bantuan bagi peserta yang memiliki
kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Tujuan
layanan ini adalah membantu peserta didik agar dapat mengatasi masalah
yang dialaminya yang dapat dilakukan melalui strattegi layanan
konsultasi, komselinng individual, konseling kelompok, referal dan
bimbingan teman sebaya.
3. Layanan Perencanaan Individual yakni bantuan kepada peserta didik
agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahannya/. Tujuan layanan
ini adalah agra peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk merumuskan
tujuan, merenacanakan , atau mengelola pengembanngan dirinya, baik
mennyangkut aspek pribadi, sosual, belajar, maupun karier, dapat
melakukan kegiatan atau aktifitas berdasarkan tujuan atau perencanaan
yang telah ditetapkan, dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukannya, yang
dapat dilakkukan melalui strategi penilaian individual, penasihatan
individual atau kelolmpok.
4. Layanan Dukungan Sistem yakni kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan
dan konseling disekolah secara menyeluruh melalui pengembangan
profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi denngan guru lain,
staf lain, dan masyrakat yanng lebih luas, manajemen program, dan
penellitian dan pengembangan.
Kemampuan mensiasati dan memillih strategi yanng sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dan perkembangan akan menjadi amunisi yanng ampuh untuk mampu
menghadapi berbagai dinamika dan perubahan yang dihadapi. Untuk itu
pemahaman mengenahi beberapa peran yang lazim dilakukan oleh seorang
konselor perlu diperhatikan denngan baik.
Barruth dan Robinson dalam Muhammad Nur Wangid menjelaskan berbagai peran yang lazim dilakukan oleh seorang konselor:
1. Konselor sebagai seorang konselor
Pemaknaan konseli sebagai suatu layanan bagi siapapun juga yang mencari
bantuan dari seseorang yang terlatih secara profesional (konselor), dan
layanan yang diberikan bisa secara individu atau kelompok dengan cara
mengarahkan konseli untuk memahami dan menghadapi situasi kehidupan
nyata sehingga bisa membuat suatu keputusan berdasarkan pemahaman
tersebut untuk kebahagiaan hidupnya adalah peranan kunci bagi konselor
profesional disemua seting layanan.
2. Konselor sebagai seorang konsultan
Konselor yang efektif akan membangun atau memiliki jalinan kerja sama
dengan berbagai pihak demi kepentingan konseli, ssehingga peran yang
dilakukan tidak hanya terbatas pada koselor sebagai konselor saja.
Apalagi dalam masa keterbukaan sekarang ini peran konselor sebagai
konsultan menjadi tuntutan yang harus dipenuhi. Konselor diharapkan
dapat bekerja sama denngan berbagai pihak lain yang dapat mempengaruhi
diri konseli seperti kepala sekolah, orang tua, guru, dan sebagainya
yang mempengaruhi kehidupan konseli.
3. konselor sebagai agen perubahan
Keseluruhan lingkungan dari konseli harus dapat berfungsi sehingga
dapat mempengaruhi kesehatan mental menjadi lebih baik, dan konselor
dapat mempergunakan lingkungan tersebut untuk memperkuat atau
mempertinggi berfungsinya komseli. Fungsi yang berkaitan dengan peranan
ini antara lain analisis sistem, testing dan evaluasi, perencanaan
rogram, perlindungan konseli, networking, dsb.
4. konselor sebagai seorang agen pencegahan utama
Sebagai agen untuk mencegah perkembangan yang salah satu dan atau
mengulang kembali kesulitan. Penekanan dilakukan terutama dengan
memberikan strategi dan pelatihan pendidikan sebagai cara untuk
memperoleh atau meningkatkan keterampilan interpersonal.
5. konselor sebagai seorang manajer
Konselor selalu memiliki sisi peran selaku administator. Sehubungan
dengan itu konselor harus sanggup menangani berbagai segi program
pelayanan yanng memiliki ragam variasi pengharapan dan peran seperti
telah dikemukakan diatas. Untuk itu perlu keahlian dalam perencanaan
program, penilaian kebutuhan, strategi evaluasi program, penetapan
tujuan, pembiayaan, dan pembuatan keputusan.
Berbagai peran yang ditanggung atau disandang seorang konselor dapat
menjadi sesuatu yang berakibat konstruktif atau sebaliknya negatif.
Berakibat negatif jika peran yang seharusnya dilakukan oleh konselor
dipandang sebagai beban, sehingga justru menurunkan kinerja dan
penghargaan dari pihak lain. Bermakna konstrutif apabila konselor dapat
melaksanakan peran-peran tersebut secara tepat sesuai dengan kebutuhan
dan konteks sehingga menjadikan kinerjanya semakin efektif baik dalam
arti prestasi sesuai keinginan ataupun dalam prsepsi pihak lain. Dari
perspektif ini berarti kemampuan konselor untuk mengatur perannnya
menjadi sangat penting.
C. Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling
Perubahan yang terjadi dari faktor-faktor yang melandasi pelayanan
bimbingan dan konseling (filosofi, psikologi, sosiologi dan IPTEK),
telah membawa konsekuensi terhadap perubahan pola manajemen dan proses
pelayanan bimbingan dan konseling. Adapun arah pergeseran perubahan
tersebut dapat dilihat dalam tabel
Manajemen Bimbingan dan Konselinng
Pola Lama Pola Baru
Mentik beratkan pada siswa yang beresiko/bermasalah Melayani seluruh siswa (guidance for all)
Dilaksanakn karena adanya krisi/masalah Dilaksanaakan berdasarkan kurikulum
Pendekatan panggilan (on call) Terjadwal (kalender)
Disampaikan dan dilaksanakan hanya oleh konselor Kolaborasi antara konselor, guru, orang tua dan masyarakat
Dimiliki hanya oleh staf konseling (konselor) Didukunng dan dimiliki oleh seluruh komunitas
Menngukur jumlah usaha yang dilakukan Mengukur dampak yabg dikaitkan dengan tujuan
Berurusan dengan proses melaksanakan pekerjaan Berurusan dengan pencapaian tujuan, sasaran dan hasil
Memfokuskan pada tujuan dan yang dianggap baik Memfokuskan pada pencapaian (accomplisment0
Bekerja untuk memelihara sistem yang ada Responsif dan beradaptasi dengan perubahan
Membicarakan tentang bagaimana bekerja keras Membicarakan tentang efektifitas kerja
Proses konseli Bersifat klinis Bersifat pedagogis
Melihat kelemahan klien Melihat potensi klien (siswa)
Berorientasi pemecahan masalah klien (siswa) Berorientasi pengembangan potensi positif klien (siswa)
Konselor serius Menggembirakan klien (siswa)
Dialog menekan perasaan klien dan klien (siswa)sring tertutup Dialog konselor menyentuh klien (siswa), klien (siswa) terbuka
Klien sebagai objek Klien (siswa) sebagai subjek
Konselor dominan dan bertindak sebagai problem solver
Konselor hanya membantu dan memberi alternatif-alternatif
D. Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif
Dalam proses konseling, seorang konselor dituntut untuk dapat
menunjukan perilaku secara efektif, baik perilaku verbal maupun non
verbal. Barbara F.Okun telah mengidentifikasi beberapa perialku verbal
non verbal konselor yang fektif sebagaimana tampak pada tabel berikut:
1. Perilaku Verbal
Efektif Tidak Efektif
Menggunakan kata-kata yang dapat diahami klien Memberi nasehat
Memberikan refleksi dan penjelasan terhadap pernyataan klien Terus menerus menggali dan bertanya terutama bertanya mengapa
Penafsirn yang baik/sesuai Bersifat menentramkan klien
Membuat kesimpulan-kesimpulan Menyalahkan klien
Merespon pesan utama klien Menilai klien
Memberi dorongan minimal Membujuk klien
Memanggil klien dengan nama panggilan atau Anda Menceramahi
Memberi informasi sesuai denngan keadaan Mendesak klien
Menjawab pertanyaan tentang diri konselor Terlalu banyak berbicara mengenai diri sendiri
Menggunakan humor secara tepat tentang pernnyatan klien Menggunakan kata-kata yanng tidak dimengerti
Penafsiran yang sesuai dengan situasi Penafsiran yang berlebihan
Sikap merendahkan klien
Sering menuntut/meminta klien
Menyimpang dari topk
Sok intelektual
Analisis yang berlebihan
Selalu mengarahkan klien
2. Perilaku Non Verbal
Efektif Tidak Efektif
Nada suara disesuaikan dengan klien (tenang, sedang) Berbicara terlalu cepat dan terlalu pelan
Memelihara kontak mata dengan baik Duduk menjauh dari klien
Sesekali mennganggukan kepala Senyum menyeringai/senyum sinis
Wajah yang bersemangat Menggerakan dahi
Kadanng-kadang memberi isyarat tangan Cemberut
Jarak dengan klien relatif dekat Merapatkanmilit
Ucapan tidak terlalu cepat/lambat Menggoyng-goyangkan jari
Duduk agak condong kearah klien Menguap
Sentuhan (touch) disesuaikan dengan usia klien dan budaya lokal Gerak-gerak isyarat yang mengcaukan
Air muka ramah dan senyum Menutup mata atau mengntuk
Nada suara tidak menyenangkan
Membuang pandangan
E. Prinsip-prinsip Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Secara umum seperti telah disebutkan di atas, prinsip-prinsip manajemen
meliputi perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling). Prinsip-prinsip manajemen diatas secara
terintegrasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan berkenaan
dengan bagaimana secara umum pelayanan bimbingan dan konseling itu
dikelola.
Pertama, perenacanaan (planing). Perencanaan dalam bimbingan dan
konselinng akan sangat menentukan proses dan hasil pelayanan bimbinngan
dan konseling itu sendiri. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai
suatu proses kegiatan, membutuhkan perencanaan yang matang dan
sistematis dimulai dari penyusunan program hinngga pelaksanaannya. Agar
pelayanan bimbingan dan konseling memperoleh hasil sesuai tujuan yang
telah dirumuskan, maka harus dilakukan perencanaan. Disekolah dan di
madrasah fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah, koordinasi BK
(apabila disekolah dan dimadrasah yang bersangkutan memiliki banyak
tenaga atau petugasbimbingan dan konseling ) dan guru BK.
Kedua, pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian dalam pelayanan
bimbingan dan konseling berkenaan dengan bagaimana pelayanan bimbinngan
dan konseling dikelola dan diorganisasi. Pengelolaan dan
pengorganisasian pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan
model atau pola yang dianut oleh suattu sekolah dan madrsah.
Apabiladiseklah dan dimadrasah yang bersangkutan memiliki banyak tenaga
bimbingan, maka harus disusun organisasi pelayanan BK tersendiri yang
terdiri atas koordinator, anggota, dan staf administrasi palayanan BK,
fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan koordinator layanan BK
(apabila sekolah dan madrasah memiliki banyak petugas bimbingan).
Ketiga, penyusunan personalia (stafing). Prinsip ini dalam pelayanan
bimbingan dan konsling berkenaan dengan bagaimana para personalia atau
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas pelayanan bimbingan dan
konseling ditetapkan, disusun dan diadakan pembagian tugas (job
discription) sebagaimana telah disebutkan dalam penyusunan program BK
diatas. Guru BK akan memerlukan orang lain dalam memberikan pelayanan
BK. Dengan kata lain, pelayanan BK disekolah dan dimadrasah melibatkan
banyak orang. Untujk itu harus disusun para personalia atau orng-orang
yang terlibat dalam layanan agar pelaksanaanya afektifdan efisien pula.
Funngsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan madrasah yang
bersangkutan memiliki beberapa orang.
Keempat, pengarahan dan kepemimpinan (leading). Prinsip ini berkenaan
dengan bagaimana mengarahkan dan memimpin para personalia layanan
bimbingan dan konseling, sehingga mereka bekerja sesuai dengan job atau
bidang tugasnya masing-masing. Pengarahan dan kepemimpinan diperlukan
agar aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling terarah pada pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini dilaksanakan oleh
kepalasekolah dan madrsah yang bersangkutan hanya memiliki sattu orang
guru BK. Apabila disekolah dan madrasah yang bersangkutan memiliki
beberapa orang guru BK harus ditunjukan salah seorang sebagai
koordinatorlah dan yanng melaksanakan fungsi pengarahan dan
kepemimpinan. Secara umum fungsi ini disekolah dan madrasah dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan madrasah.
Kelima, pengawasan (controling). Prinsip ini dalam pelayanan konseling
berkenaan dengan bagaimana melakukan pengawasan dan penilaian terhadap
kegiatan bimbingan dan konseling mulai dari penyusunan rencana program
hingga pelaksanaannya. Pengawasan penting dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling agar tidak dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaannya. Iimplementasi program dalam bentuk aktivitas-aktivitas
layanan BK pu perllllu pengawasan dan penilaian atau evaluasi agar tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangna dalam pelaksanaanya dan dapat
diketahui pencapaian hasil-hasilnya. Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan madrasah apabila disekolah dan dimadrasah yang bersangkutan
hanya memiliki satu orang guru BK. Tetapi apabila disekolah dan
madrasah yang bersangkutan memiliki beberapa orang guru BK. Fungsi ini
dilaksanakan oleh koordinator layanan BK sekaligus juga kepala sekolah
dan madrasah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan mengenai Manajemen Bimbingan dan Konseling, yaitu :
Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang
digunakan kepala sekolah untuk mendaya gunakan secara optimal semua
komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan system
informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam ranga mencapai tujuan.
Bimbingan adalah proses pemberianbantuan (proses of helping) kepada
individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif
terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai
kehidupan yang bermakna (beerbahagia, baik secara personal maupun
sosial).
Perubahan yang terjadi dari faktor-faktor yang melandasi pelayanan
bimbingan dan konseling (filosofi, psikologi, sosiologi dan IPTEK),
telah membawa konsekuensi terhadap perubahan pola manajemen dan proses
pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam proses konseling, seorang konselor dituntut untuk dapat
menunjukan perilaku secara efektif, baik perilaku verbal maupun non
verbal.
Secara umum seperti telah disebutkan di atas, prinsip-prinsip manajemen
meliputi perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling). Prinsip-prinsip manajemen diatas secara
terintegrasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan berkenaan
dengan bagaimana secara umum pelayanan bimbingan dan konseling itu
dikelola
B. Saran
1. Semoga makalah yang kami buat bisa membantu para pembaca untuk
mengetahui tentang pengertian manajemen bimbingan dan konseling.
2. Makalah yang kami buat memang tidak sempurna, sekiranya para pembaca
bisa memberi kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs. Heru Mugiarso, M. Pd., dkk., Bimbingan dan Konseling. cet. 2., Semarang:UPT MKK Universitas Negri Semarang. 2005.
2. Drs. Maswan, MM dan Kuswanto, S. Ag, MM., Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Madrasah, cet. 1., Indonesia Jepara: Karsa Manunggal. 2010
3. Drs. Thorin, M.Pd. Bimbingan dan konseling disekolah Dan Dimadrasah
(Berbasis Integrasi). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2007.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu issue penting tentang pendidikan saat ini berkenaan dengan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Dalam hal ini,
tentunya konselor seyogyanya dapat memahami dan menangkap implikasinya
bagi penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dimana suatu progam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak mungkin akan
tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelolah dalam suatu
sistem manajemen yang bermutu. Manajemen yang bermutu sendiri akan
banyak ditentukan oleh kemampuan manajer pendidikan di sekolah dalam
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber
daya yang ada.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kita tarik kesimpulan tentang rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling !
2. Paradigma Baru dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling !
3. Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling !
4. Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif !
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mahasiswa mengetahui tentang Manajemen Bimbingan dan Konseling.
2. Supaya Mahasiswa mengerti tentang Paradigma Baru dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling.
3. Agar Mahasiswa mengetahui hal tentang Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling.
4. Supaya Mahasiswa mengetahui hal-hal tentang Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling
Istilah manajemen berasal dari kata management dalam bahasa Inggris.
Banyak pakar yang mengartikan istilah manajemen dalam berbagai versi.
Namun pada prinsipnya manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan
individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mendayagunakan sumber
daya dalam suatu system untuk mencapai tujuan.
Apabila diterapkan ke dalam pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau
cara yang digunakan kepala sekolah untuk mendaya gunakan secara optimal
semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan
system informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam ranga mencapai tujuan.
Hal-hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan layanan bimbingan konseling di sekolah, diantara sebagai berikut :
1. Pemberdayaan dan Profesionalisme Konselor
Dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) ditandai
dengan adanya perubahan manajemen dari pendekatan
sentralistik-birokratik menuju desentralistik-profesional. Dimana dalam
pendekatan sentralistik-birokratik, konselor melaksanakan tugasnya sudah
ditentukan dan dipolakan sedemikian rupa oleh pusat, melalui berbagai
aturan, ketentuan, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan sebagainya.
Sehingga mengakibatkan ruang gerak konselor menjadi terbatasi, sehingga
pada akhirnya konselor menjadi kurang terbiasa dengan budaya kreatif
dan inovatif.
Sedangkan pendekatan desentralistik-profesional menjadikan ruang gerak
konselor menjadi leluasa, dimana proses kreatif dan inovatif justru
menjadi lebih utama. Konselor didorong untuk memiliki keberanian dan
membiasakan diri untuk menemukan cara-cara baru yang lebih efektif dan
efisien dalam melaksanakan barbagai kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling. Dalam hal ini konselor dituntut untuk bekerja secara
professional.
Konselor seyogyanya tidak merasa cepat berpuas diri dengan kapasitas
pengetahuan dan ketrampilan yang saat ini di milikinya, namun justru
harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya.
Upaya peningkatan kapasitas pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dimana kita memaklumi
bahwa saat ini latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh konselor
masih beragam, baik dilihat dari program studi/jurusan maupun
jenjangnya.
Sedangkan untuk menungkatkan keterampilan berbagai teknik bimbingan,
salah satu cara yang dipandang cukup efektif adalah dengan berusaha
secara terus-menerus dan seringkali mempraktekkan berbagai teknik yang
ada. Misalnya, untuk menguasai teknik-teknik konseling, tentunya
konselor harus mempraktekkan sendiri secara langsung, dan setiap selesai
mempraktekkan diikuti dengan evaluasi terhadap apa yang telah
dilakukan. Kemudian, membandingkannya dengan teori-teori yang ada,
sehingga akan bisa diketahui kelemahan dan keunggulan dari praktek yang
telah dilakukan.
Walaupun demikian perlu dicatat, bahwa keleluasaan dalam menjalankan
tugas ini tidak diartikan segala sesuatunya menjadi serba boleh, hal-hal
yang menyangkut prinsip dan etika profesi bimbingan tetap harus dijaga
dan dipelihara, sejalan dengan tunutnan profesionalisme.
2. Akuntabilitas Kerja Konselor
Pada masa sebelum diberlakukan Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS), akuntailitas memang tidak jelas. Sekalipun ada barang
kali hanya sebatas dihadapan kepala sekolah ataupun pengawas sebagai
tugas mewakili pihak pemerintah. Namun, pada kenyataannya, sering kali
kepala sekolah atau pengawas mengambil sikap permisif atas hasil kerja
yang ditunjukan konslor, padahal hasil kerja yang ditunjukan sama sekali
tidak bermutu. Akunbilitas seperti ini tentunya tidak memberikan
kontribusi bagi peningkatan kerja dan produktivitas konselor.
Dengan adanya akuntabilitas ini, jelas konselor dituntut untuk lebih
meningkatkan mutu kinerja dan tingkat produktivitas dalam memberikan
layanan bantuan terhadap siswa. Jika hal ini tidak terpenuhi maka
konselor harus siap-siap untuk menerima berbagai complain dari
masyarakat yang mungkin tidak mengenakan.
Apalagi dengan kehadiran Komite Seklah yang dianggap sebagai lembaga
yang mewakilli kepentingan masyarakat, maka masyarakat akan jauh lebih
terbuka dan leluasa untuk menyampaikan berbagai ketidak puasan atas
hasil-hasil kerja yang telah dicapai oleh konselor. Dan seberapa
besarnya dan yang harus dikeluarkan tidak lagi menjadi persoalan besar,
yang penting perstasi anak benar-benar dapat terwujudkan dengan baik,
baik dalam akademik maupun non akademik.
3. Konsellor Sebagai Agen Informasi
Konselor dianggap sebagai orang memiliki informasi atau data tentang
siswa yang lebih lengkap dan memadai. Informasi atau data tentang siswa
ini sangat berguna dan dapat dijadikan dasar untuk berbagai pengambilan
berbagai keputusan sekolah yang berkenaan dengan siswa. Oleh sebab itu,
iinformasi harus diadministrasikan sedimikian rupa dan siap saji, kapan
saja diperlukan.
Dalam mengkomunikasikan informasi-informasi tentang siswa, yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan, khususnya dalam forum komite
sekolah, konselor hendaknya dapat menyampaikan pandangan-pandangannya
secara tegas, yang berpihak pada kepentingan siswa itu swndiri.
Dalam penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),
upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan bimbingan ini konselor
hendaknya memperhatikan pengembangan kerja sama, koordinasi dan
sinergis kerja dengan berbagai komponen pendidikan lainnya. Karena dalam
penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),
keberhasilan pendidikan di sekolah tidak lagi didasarkan pada individual
yang cerdas, akan tetapi sangat mengutamakan pada team work yang cerdas
dan kompak. Untuk itulah, konselor sedapat mungkin harus menjadi bagian
utama dari team work tersebut.
B. Paradigma Baru Dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberianbantuan (proses of helping) kepada
individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif
terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai
kehidupan yang bermakna (beerbahagia, baik secara personal maupun
sosial).
Sedangkan konselinng adalah proses interaksi anatara konelor dengan
klien/konsele baik secara langsunng atau tidak langsung dalam rangka
membantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atatu memecahkan
masalah yang dialaminya.
Menurut Akhmad Sudrajat terdapat empat komponen utama program bimbingan konseling:
1. Layanan Dasar yakni layanan bantuan kepada peserta didik melalui
kegiatan-kegiatan kelas, yanng disajikan secara sistematis, dalam rangka
membatu peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dirinnya secara
opitmal. Tujuan layanan ini adalah untuk membantu peserta didik agar
memperoleh perkembangan yanng normal, memiliki mental yang sehat,
memperoleh keterampilan hidup, yanng dapat dilakkukan melalui strategi
layanan klasikal dan strategi layanan kelompok.
2. Layanan Responsif yakni layanan bantuan bagi peserta yang memiliki
kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Tujuan
layanan ini adalah membantu peserta didik agar dapat mengatasi masalah
yang dialaminya yang dapat dilakukan melalui strattegi layanan
konsultasi, komselinng individual, konseling kelompok, referal dan
bimbingan teman sebaya.
3. Layanan Perencanaan Individual yakni bantuan kepada peserta didik
agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahannya/. Tujuan layanan
ini adalah agra peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk merumuskan
tujuan, merenacanakan , atau mengelola pengembanngan dirinya, baik
mennyangkut aspek pribadi, sosual, belajar, maupun karier, dapat
melakukan kegiatan atau aktifitas berdasarkan tujuan atau perencanaan
yang telah ditetapkan, dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukannya, yang
dapat dilakkukan melalui strategi penilaian individual, penasihatan
individual atau kelolmpok.
4. Layanan Dukungan Sistem yakni kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan
dan konseling disekolah secara menyeluruh melalui pengembangan
profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi denngan guru lain,
staf lain, dan masyrakat yanng lebih luas, manajemen program, dan
penellitian dan pengembangan.
Kemampuan mensiasati dan memillih strategi yanng sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dan perkembangan akan menjadi amunisi yanng ampuh untuk mampu
menghadapi berbagai dinamika dan perubahan yang dihadapi. Untuk itu
pemahaman mengenahi beberapa peran yang lazim dilakukan oleh seorang
konselor perlu diperhatikan denngan baik.
Barruth dan Robinson dalam Muhammad Nur Wangid menjelaskan berbagai peran yang lazim dilakukan oleh seorang konselor:
1. Konselor sebagai seorang konselor
Pemaknaan konseli sebagai suatu layanan bagi siapapun juga yang mencari
bantuan dari seseorang yang terlatih secara profesional (konselor), dan
layanan yang diberikan bisa secara individu atau kelompok dengan cara
mengarahkan konseli untuk memahami dan menghadapi situasi kehidupan
nyata sehingga bisa membuat suatu keputusan berdasarkan pemahaman
tersebut untuk kebahagiaan hidupnya adalah peranan kunci bagi konselor
profesional disemua seting layanan.
2. Konselor sebagai seorang konsultan
Konselor yang efektif akan membangun atau memiliki jalinan kerja sama
dengan berbagai pihak demi kepentingan konseli, ssehingga peran yang
dilakukan tidak hanya terbatas pada koselor sebagai konselor saja.
Apalagi dalam masa keterbukaan sekarang ini peran konselor sebagai
konsultan menjadi tuntutan yang harus dipenuhi. Konselor diharapkan
dapat bekerja sama denngan berbagai pihak lain yang dapat mempengaruhi
diri konseli seperti kepala sekolah, orang tua, guru, dan sebagainya
yang mempengaruhi kehidupan konseli.
3. konselor sebagai agen perubahan
Keseluruhan lingkungan dari konseli harus dapat berfungsi sehingga
dapat mempengaruhi kesehatan mental menjadi lebih baik, dan konselor
dapat mempergunakan lingkungan tersebut untuk memperkuat atau
mempertinggi berfungsinya komseli. Fungsi yang berkaitan dengan peranan
ini antara lain analisis sistem, testing dan evaluasi, perencanaan
rogram, perlindungan konseli, networking, dsb.
4. konselor sebagai seorang agen pencegahan utama
Sebagai agen untuk mencegah perkembangan yang salah satu dan atau
mengulang kembali kesulitan. Penekanan dilakukan terutama dengan
memberikan strategi dan pelatihan pendidikan sebagai cara untuk
memperoleh atau meningkatkan keterampilan interpersonal.
5. konselor sebagai seorang manajer
Konselor selalu memiliki sisi peran selaku administator. Sehubungan
dengan itu konselor harus sanggup menangani berbagai segi program
pelayanan yanng memiliki ragam variasi pengharapan dan peran seperti
telah dikemukakan diatas. Untuk itu perlu keahlian dalam perencanaan
program, penilaian kebutuhan, strategi evaluasi program, penetapan
tujuan, pembiayaan, dan pembuatan keputusan.
Berbagai peran yang ditanggung atau disandang seorang konselor dapat
menjadi sesuatu yang berakibat konstruktif atau sebaliknya negatif.
Berakibat negatif jika peran yang seharusnya dilakukan oleh konselor
dipandang sebagai beban, sehingga justru menurunkan kinerja dan
penghargaan dari pihak lain. Bermakna konstrutif apabila konselor dapat
melaksanakan peran-peran tersebut secara tepat sesuai dengan kebutuhan
dan konteks sehingga menjadikan kinerjanya semakin efektif baik dalam
arti prestasi sesuai keinginan ataupun dalam prsepsi pihak lain. Dari
perspektif ini berarti kemampuan konselor untuk mengatur perannnya
menjadi sangat penting.
C. Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling
Perubahan yang terjadi dari faktor-faktor yang melandasi pelayanan
bimbingan dan konseling (filosofi, psikologi, sosiologi dan IPTEK),
telah membawa konsekuensi terhadap perubahan pola manajemen dan proses
pelayanan bimbingan dan konseling. Adapun arah pergeseran perubahan
tersebut dapat dilihat dalam tabel
Manajemen Bimbingan dan Konselinng
Pola Lama Pola Baru
Mentik beratkan pada siswa yang beresiko/bermasalah Melayani seluruh siswa (guidance for all)
Dilaksanakn karena adanya krisi/masalah Dilaksanaakan berdasarkan kurikulum
Pendekatan panggilan (on call) Terjadwal (kalender)
Disampaikan dan dilaksanakan hanya oleh konselor Kolaborasi antara konselor, guru, orang tua dan masyarakat
Dimiliki hanya oleh staf konseling (konselor) Didukunng dan dimiliki oleh seluruh komunitas
Menngukur jumlah usaha yang dilakukan Mengukur dampak yabg dikaitkan dengan tujuan
Berurusan dengan proses melaksanakan pekerjaan Berurusan dengan pencapaian tujuan, sasaran dan hasil
Memfokuskan pada tujuan dan yang dianggap baik Memfokuskan pada pencapaian (accomplisment0
Bekerja untuk memelihara sistem yang ada Responsif dan beradaptasi dengan perubahan
Membicarakan tentang bagaimana bekerja keras Membicarakan tentang efektifitas kerja
Proses konseli Bersifat klinis Bersifat pedagogis
Melihat kelemahan klien Melihat potensi klien (siswa)
Berorientasi pemecahan masalah klien (siswa) Berorientasi pengembangan potensi positif klien (siswa)
Konselor serius Menggembirakan klien (siswa)
Dialog menekan perasaan klien dan klien (siswa)sring tertutup Dialog konselor menyentuh klien (siswa), klien (siswa) terbuka
Klien sebagai objek Klien (siswa) sebagai subjek
Konselor dominan dan bertindak sebagai problem solver
Konselor hanya membantu dan memberi alternatif-alternatif
D. Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif
Dalam proses konseling, seorang konselor dituntut untuk dapat
menunjukan perilaku secara efektif, baik perilaku verbal maupun non
verbal. Barbara F.Okun telah mengidentifikasi beberapa perialku verbal
non verbal konselor yang fektif sebagaimana tampak pada tabel berikut:
1. Perilaku Verbal
Efektif Tidak Efektif
Menggunakan kata-kata yang dapat diahami klien Memberi nasehat
Memberikan refleksi dan penjelasan terhadap pernyataan klien Terus menerus menggali dan bertanya terutama bertanya mengapa
Penafsirn yang baik/sesuai Bersifat menentramkan klien
Membuat kesimpulan-kesimpulan Menyalahkan klien
Merespon pesan utama klien Menilai klien
Memberi dorongan minimal Membujuk klien
Memanggil klien dengan nama panggilan atau Anda Menceramahi
Memberi informasi sesuai denngan keadaan Mendesak klien
Menjawab pertanyaan tentang diri konselor Terlalu banyak berbicara mengenai diri sendiri
Menggunakan humor secara tepat tentang pernnyatan klien Menggunakan kata-kata yanng tidak dimengerti
Penafsiran yang sesuai dengan situasi Penafsiran yang berlebihan
Sikap merendahkan klien
Sering menuntut/meminta klien
Menyimpang dari topk
Sok intelektual
Analisis yang berlebihan
Selalu mengarahkan klien
2. Perilaku Non Verbal
Efektif Tidak Efektif
Nada suara disesuaikan dengan klien (tenang, sedang) Berbicara terlalu cepat dan terlalu pelan
Memelihara kontak mata dengan baik Duduk menjauh dari klien
Sesekali mennganggukan kepala Senyum menyeringai/senyum sinis
Wajah yang bersemangat Menggerakan dahi
Kadanng-kadang memberi isyarat tangan Cemberut
Jarak dengan klien relatif dekat Merapatkanmilit
Ucapan tidak terlalu cepat/lambat Menggoyng-goyangkan jari
Duduk agak condong kearah klien Menguap
Sentuhan (touch) disesuaikan dengan usia klien dan budaya lokal Gerak-gerak isyarat yang mengcaukan
Air muka ramah dan senyum Menutup mata atau mengntuk
Nada suara tidak menyenangkan
Membuang pandangan
E. Prinsip-prinsip Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Secara umum seperti telah disebutkan di atas, prinsip-prinsip manajemen
meliputi perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling). Prinsip-prinsip manajemen diatas secara
terintegrasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan berkenaan
dengan bagaimana secara umum pelayanan bimbingan dan konseling itu
dikelola.
Pertama, perenacanaan (planing). Perencanaan dalam bimbingan dan
konselinng akan sangat menentukan proses dan hasil pelayanan bimbinngan
dan konseling itu sendiri. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai
suatu proses kegiatan, membutuhkan perencanaan yang matang dan
sistematis dimulai dari penyusunan program hinngga pelaksanaannya. Agar
pelayanan bimbingan dan konseling memperoleh hasil sesuai tujuan yang
telah dirumuskan, maka harus dilakukan perencanaan. Disekolah dan di
madrasah fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah, koordinasi BK
(apabila disekolah dan dimadrasah yang bersangkutan memiliki banyak
tenaga atau petugasbimbingan dan konseling ) dan guru BK.
Kedua, pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian dalam pelayanan
bimbingan dan konseling berkenaan dengan bagaimana pelayanan bimbinngan
dan konseling dikelola dan diorganisasi. Pengelolaan dan
pengorganisasian pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan
model atau pola yang dianut oleh suattu sekolah dan madrsah.
Apabiladiseklah dan dimadrasah yang bersangkutan memiliki banyak tenaga
bimbingan, maka harus disusun organisasi pelayanan BK tersendiri yang
terdiri atas koordinator, anggota, dan staf administrasi palayanan BK,
fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan koordinator layanan BK
(apabila sekolah dan madrasah memiliki banyak petugas bimbingan).
Ketiga, penyusunan personalia (stafing). Prinsip ini dalam pelayanan
bimbingan dan konsling berkenaan dengan bagaimana para personalia atau
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas pelayanan bimbingan dan
konseling ditetapkan, disusun dan diadakan pembagian tugas (job
discription) sebagaimana telah disebutkan dalam penyusunan program BK
diatas. Guru BK akan memerlukan orang lain dalam memberikan pelayanan
BK. Dengan kata lain, pelayanan BK disekolah dan dimadrasah melibatkan
banyak orang. Untujk itu harus disusun para personalia atau orng-orang
yang terlibat dalam layanan agar pelaksanaanya afektifdan efisien pula.
Funngsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan madrasah yang
bersangkutan memiliki beberapa orang.
Keempat, pengarahan dan kepemimpinan (leading). Prinsip ini berkenaan
dengan bagaimana mengarahkan dan memimpin para personalia layanan
bimbingan dan konseling, sehingga mereka bekerja sesuai dengan job atau
bidang tugasnya masing-masing. Pengarahan dan kepemimpinan diperlukan
agar aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling terarah pada pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini dilaksanakan oleh
kepalasekolah dan madrsah yang bersangkutan hanya memiliki sattu orang
guru BK. Apabila disekolah dan madrasah yang bersangkutan memiliki
beberapa orang guru BK harus ditunjukan salah seorang sebagai
koordinatorlah dan yanng melaksanakan fungsi pengarahan dan
kepemimpinan. Secara umum fungsi ini disekolah dan madrasah dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan madrasah.
Kelima, pengawasan (controling). Prinsip ini dalam pelayanan konseling
berkenaan dengan bagaimana melakukan pengawasan dan penilaian terhadap
kegiatan bimbingan dan konseling mulai dari penyusunan rencana program
hingga pelaksanaannya. Pengawasan penting dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling agar tidak dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaannya. Iimplementasi program dalam bentuk aktivitas-aktivitas
layanan BK pu perllllu pengawasan dan penilaian atau evaluasi agar tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangna dalam pelaksanaanya dan dapat
diketahui pencapaian hasil-hasilnya. Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan madrasah apabila disekolah dan dimadrasah yang bersangkutan
hanya memiliki satu orang guru BK. Tetapi apabila disekolah dan
madrasah yang bersangkutan memiliki beberapa orang guru BK. Fungsi ini
dilaksanakan oleh koordinator layanan BK sekaligus juga kepala sekolah
dan madrasah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan mengenai Manajemen Bimbingan dan Konseling, yaitu :
Manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang
digunakan kepala sekolah untuk mendaya gunakan secara optimal semua
komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana/prasarana) dan system
informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam ranga mencapai tujuan.
Bimbingan adalah proses pemberianbantuan (proses of helping) kepada
individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif
terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai
kehidupan yang bermakna (beerbahagia, baik secara personal maupun
sosial).
Perubahan yang terjadi dari faktor-faktor yang melandasi pelayanan
bimbingan dan konseling (filosofi, psikologi, sosiologi dan IPTEK),
telah membawa konsekuensi terhadap perubahan pola manajemen dan proses
pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam proses konseling, seorang konselor dituntut untuk dapat
menunjukan perilaku secara efektif, baik perilaku verbal maupun non
verbal.
Secara umum seperti telah disebutkan di atas, prinsip-prinsip manajemen
meliputi perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling). Prinsip-prinsip manajemen diatas secara
terintegrasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan berkenaan
dengan bagaimana secara umum pelayanan bimbingan dan konseling itu
dikelola
B. Saran
1. Semoga makalah yang kami buat bisa membantu para pembaca untuk
mengetahui tentang pengertian manajemen bimbingan dan konseling.
2. Makalah yang kami buat memang tidak sempurna, sekiranya para pembaca
bisa memberi kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs. Heru Mugiarso, M. Pd., dkk., Bimbingan dan Konseling. cet. 2., Semarang:UPT MKK Universitas Negri Semarang. 2005.
2. Drs. Maswan, MM dan Kuswanto, S. Ag, MM., Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Madrasah, cet. 1., Indonesia Jepara: Karsa Manunggal. 2010
3. Drs. Thorin, M.Pd. Bimbingan dan konseling disekolah Dan Dimadrasah
(Berbasis Integrasi). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2007.
ahiihhi
BalasHapusmakasih informasinya :)
BalasHapushehe, makasi teman. .
BalasHapusyuk, mampir di artikel cerpen ku yg mau di bukukan :-)
bisa buat refrensi nih, thanks :D
BalasHapusmakasih mba bro infonya
BalasHapus.makasii infonyah :D
BalasHapuskho rame, pny kka pimen de carane byar rame >.<
BalasHapusyoyooyy
BalasHapus